5Film Horor Terlaris dari KKN di Desa Penari Sampai Danur, Ini Peringkatnya; 6 Film Iko Uwais, Semuanya tentang Perang Antar Geng; Buku Kiat Ahmad Tohari Lahirkan Novel Legendaris akan Diluncurkan di Glamping Sastra Indonesia 2022; Tayang Bulan Juli, Ini 5 Rekomendasi Film Indonesia yang Cocok Ditonton Saat Akhir Pekan
KKNdi Desa Penari menjadi film horor terlaris. "Utas Twitter sudah tentu berpengaruh karena bagaimanapun orang sudah mengetahui dan memahami utas itu sama halnya dengan novel atau cerpen yang sukses. Bedanya ini adalah sebuah utas," ujarnya, Jumat (27/5/2022). Faktor kedua, menurut Igak, rasa keingintahuan dan ketidaksabaran penonton untuk mengetahui bentuk visual dari utas viral itu.
Dalamceritanya, tokoh Ayu yang diperankan Aghniny Haque dan Achmad Megantara sebagai tokoh Bima, melakukan tindakan asusila di desa tempat mereka melakukan KKN. Selain itu, mereka juga menanam pohon di tengah jalan yang membuat masyarakat sekitar merasa tidak nyaman. Hal itu justru menimbulkan dampak negatif bagi teman-temannya.
cash. Judul KKN Di Desa Penari Penulis Simpleman Penerbit PT. Bukune Kreatif Cipta Penyunting Sein Arlo Penyelaras Aksara MB Winata Penata Letak Bayu N. L. Desainer Sampul Raden Monic Ilustrator Ajon Anggara, Alvion Tebal 253 halaman Kategori Fiksi, Horor, Novel Harga Rp *** Sinopsis Buku ini menceritakan gadis bernama Widya yang datang ke sebuah desa di daerah Jawa Timur untuk KKN Kuliah Kerja Nyata pada saat awal Widya memasuki jalan menuju desa, Widya sudah mendapatkan "sambutan" yaitu suara gamlean dan juga sesosok perempuan sedang menari. Widya berpikir hanya dia yang mendapat pendengaran dan penglihatan aneh tersebut. Tapi ternyata temannya Nur pun merasakan hal yang sama, hanya saja Nur diam dan tak banyak bicara. Widya, Ayu, Nur, Bima, Wahyu dan Anton adalah anak-anak yang KKN di desa penari tersebut. Empat dari mereka menarik makhluk halus untuk mendekat, yang satu karena terlihat menarik untuk didekati, yang satu karena melakukan hal yang tak sepantasnya. Hingga menghancurkan KKN yang seharunya berakhir dengan baik. *** Awal aku membaca cerita ini yaitu disebuah thread di media sosial bernama twitter, awalnya aku sendiri mengulang beberapa kali ketika memutuskan untuk membaca ceritanya. selain karena takut cerita horor, ya karena aku malas baca saja, tapi ketika aku sudah masuk dalam cerita aku cukup asyik mengikuti alur yang dituliskan si penulis dalam cuitannya. Hingga munculah berita bahwa cerita KKN di Desa Penari ini akan dibuat buku, tak masalah untukku. Walaupun pada awalnya aku skeptis setengah mati, tapi pada akhirnya aku pun tertarik untuk membacanya dalam versi cetak. Kesempatan itu tak aku sia-siakan. Terima Kasih Bukune. Dalam proses pemilihan sampul sendiri, sepertinya Bukune mengalami beberapa problem karena banyak netizen yang kurang menyetujui ilustrasi sampul bukunya, yang sekarang ada di balik sampul hitamnya. Saya cukup puas dengan sampul yang digunakan sekarang, walaupun saya merasa bahan yang digunakan penerbit kurang bagus, terlalu kaku dan mudah mengkerut seperti habis dilipat. *** Plot dalam cerita tidak jauh berbeda dengan cerita di Twitter, hanya saja dibuku ada Epilog yang memang tidak diceritakan dalam thread , cerita dalam buku ini diambil dari sudut pandang orang ke tiga yang memfokuskan pada tokoh Widya dan Nur. Jadi 253 halaman dibagi menjadi bagian Widya dan Nur. Dengan alur yang kurang lebih sama dengan thread di Twitter. Ada beberapa perbedaan dialog kelakar Wahyu yang berbeda, yang sebenarnyapun memiliki pengaruh yang tidak banyak terhadap cerita. Yang aku suka adalah suasana horor dalam buku yang lebih terasa karena dibantu dengan deskripsi yang lebih matang, penggambaran situasi yang lebih bisa dibayangkan dengan baik. Membuat aku merinding saat membaca bagian-bagian yang seram. Awalnya saya cukup berharap tokoh-tokoh di dalam buku bisa menjadi lebih kuat dan berkarakter, tapi ternyata aku tidak bisa berharap lebih. Buku ini memang cukup mirip dengan thread yang tersebar di twitter. Mungkin bisa dimaklumi dari berapa lama pihak penerbit memproses buku ini hingga sekarang sudah bisa mejeng ditoko buku. Aku merasa terlalu express. Semuanya serba cepat, sehingga cerita tidak banyak diubah dan masih sangat banyak hal yang sebenarnya bisa digali lagi. *** Selalu tersenyum bukan berarti selalu berbahagia, tidak pernah tersenyum bukan berarti selalu bersedih ;.
resensi novel kkn di desa penari